PENGETAHUAN DAN
PERSEPSI SISWA TENTANG
ORANG UTAN (Pongo pygmaeus L.) DI SMA NEGERI
SE-KOTA JAMBI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Meningkatnya populasi
manusia yang demikian cepat, juga diiringi dengan meningkatnya konsumsi yang
akhirnya mempercepat konversi (perubahan) hutan, lahan-lahan semak belukar dan
lahan-lahan basah untuk pengembangan pertanian dan permukiman. Akibat yang tak
terhindarkan adalah punahnya sejumlah tumbuhan dan binatang liar yang hidup di
habitat alami tersebut. Bila spesies yang punah tersebut tidak terdapat di
lokasi lain, maka perubahan habitat yang terjadi merupakan malapetaka yang
memusnahkan keberadaan spesies tersebut di muka bumi.
Di Indonesia memiliki
beberapa spesies hewan yang terancam punah, salah satunya adalah Orang Utan. Orang Utan di Indonesia tersebar di dua pulau yaitu pulau
Sumatera dan pulau Kalimantan. Kedua pulau tersebut merupakan perlindungan terakhir Orang Utan. Ada dua
spesies Orang Utan yang secara genetik berbeda di kedua pulau tersebut: Orang
Utan Sumatera (Pongo pygmaeus abelii)
dan Orang Utan Kalimantan (Pongo pygmaeus
pygmaeus). Dua
spesies tersebut menunjukan ciri-ciri fisik yang sedikit berbeda. Orang Utan
Sumatera memiliki rambut dan jenggot yang sedikit lebih panjang daripada Orang
Utan Kalimantan. Ancaman utama bagi Orang Utan adalah perburuan dan hilangnya
habitat yang menempatkan dua spesies dalam status terancam punah (Goodall,
dkk., 2010:2).
Kepadatan Orang Utan Kalimantan lebih rendah dibandingkan dengan Orang
Utan Sumatera hal ini dikarenakan produktifitas makanan di hutan Kalimantan
lebih rendah dibandingkan di Sumatera. Selain itu, jumlah Orang Utan Kalimantan
telah mengalami peningkatan hal ini dikarenakan adanya upaya konservasi yang
dilakukan yang berlangung cukup lama dibandingkan di Sumatera. Populasi Orang
Utan di Sumatera menurun setiap tahunnya (Sugardjito: 2010:5). Menurut IUCN,
selama 75 tahun terakhir populasi Orang Utan Sumatera telah mengalami penurunan
sebanyak 80% (Anonim, 2010a:1).
Dibandingkan dengan Orang Utan Kalimantan, Orang Utan Sumatera lebih
rentan hidupnya. Hal ini disebabkan adanya perubahan fungsi hutan yang
merupakan habitat asli Orang Utan di Sumatera menjadi lahan pertanian dan
pemukiman. Sebagai contoh konversi hutan produksi eks Hak Pemanfaatan Hutan (HPH)
PT Hatma Hutani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjadi hutan tanaman
industri akasia dan eukaliptus. Padahal kawasan tersebut selama ini menjadi
bagian lokasi pelepas-liaran (reintroduksi) Orang Utan di Propinsi Jambi.
Konversi menjadi HTI seperti ini
dikhawatirkan makin mengancam keberadaan Orang Utan (Anonim, 2009:1).
Untuk mendukung pelestarian Orang Utan perlu adanya dukungan dari
berbagai lapisan masyarakat. Salah satunya dapat diupayakan dari segi
pendidikan di sekolah, seperti menanamkan pemahaman yang baik mengenai Orang
Utan kepada anak-anak sejak dini dengan cara memasukkan pengetahuan lingkungan
ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, materi mengenai konservasi,
khususnya konservasi Orang Utan, menjadi salah satu bagian dari pendidikan
pengetahuan lingkungan tersebut.
Menurut Affan (2010:1) tingkat
kesadaran siswa yang berada di kota tentang lingkungan masih rendah hal ini
disebabkan karena mereka berada di lingkungan yang tidak alami lagi. Begitu
juga halnya dengan tingkat pengetahuan siswa tentang satwa liar termasuk di
dalamnya Orang Utan. Mengingat
anak-anak tersebut merupakan calon pemimpin masa depan yang akan mengembangkan
kebijakan yang menentukan nasib Orang Utan, oleh karena itu penting untuk memberikan
pengetahuan kepada masyarakat, terutama anak-anak sekolah tentang Orang Utan. Mengingat
Propinsi Jambi merupakan salah satu wilayah yang menjadi habitat Orang Utan,
oleh karena itu penting untuk melibatkan sekolah-sekolah yang ada di Jambi dalam
upaya memberikan pemahaman yang baik mengenai Orang Utan. Dengan cara demikian
diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan tindakan yang dapat membantu upaya
pelestarian Orang Utan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul ” pengetahuan
dan
Persepsi Siswa tentang Orang Utan (Pongo pygmaeus l.) di SMA
Negeri Se-Kota Jambi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengetahuan siswa kelas XI
SMA Negeri di Kota Jambi mengenai Orang Utan?
2.
Bagaimana
persepsi siswa kelas XI SMA
Negeri di Kota Jambi tentang keberadaan dan konservasi Orang Utan?
3.
Bagaimana
hubungan antara pengetahuan dan persepsi siswa tentang Orang Utan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk melihat pengetahuan siswa kelas
XI SMA Negeri Kota Jambi mengenai Orang Utan.
2.
Untuk
mengetahui persepsi siswa kelas XI SMA Negeri di Kota Jambi tentang keberadaan atau konservasi Orang Utan.
3.
Untuk
melihat hubungan antara pengetahuan dan persepsi siswa tentang Orang Utan?
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini adalah:
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang biologi.
2. Sebagai bahan masukan dalam mengembangkan program pendidikan
konservasi di sekolah.
3. Sebagai bahan masukan dalam mengembangkan kebijakan mengenai
pendidikan konservasi di sekolah.
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1.5.1 Ruang lingkup
penelitian
Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran, maka ruang
lingkup dari penelitian ini sebagai berikut:
1.
Siswa-siswi yang akan
diteliti adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri yang berada di bawah naungan Depdiknas yang
terdapat di Kota Jambi.
2.
Jenis Orang Utan yang
akan dianalisis adalah Orang Utan yang meliputi Orang Utan Sumatera (Pongo pygmaeus abelii) dan Orang Utan Kalimantan
(Pongo pygmaeus pygmaeus).
3.
Pengetahuan siswa diukur melalui pemberian tes.
4.
Persepsi siswa diukur berdasarkan tanggapan yang
diberikan melalui penyebaran angket.
1.5.2 Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian dalam penelitian
ini antara lain:
1. Penelitian difokuskan pada pengumpulan data yang
terkait dengan pengetahuan dan persepsi siswa mengenai Orang Utan.
2. Penelitian dilakukan dengan cara tes dan penyebaran
angket kepada siswa serta peneliti melakukan wawancara guru dengan daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
II. METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan
ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu peneliti berusaha
memberikan gambaran informasi mengenai status suatu gejala yang ada menurut
data kuantitatif yang diperoleh pada saat penelitian dilakukan (Sukardi,
2005:157). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri yang terdapat
di Kota Jambi serta dua orang guru mata pelajaran biologi dan ilmu pengetahuan
alam di masing-masing sekolah tersebut.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dari
penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri yang berada di Kota Jambi. Penentuan
jumlah sampel dilakukan berdasarkan pada pendapat Arikunto (2006:134) yaitu
apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sebagai
sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan jika subjeknya
lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau tergantung
ketersediaan waktu, tenaga dan dana. Mengingat jumlah siswa kelas XI SMA Negeri
di Kota Jambi cukup banyak (3.285 siswa),
maka sampel siswa pada penelitian ini diambil 331
Siswa (10%). Pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak (Sugiyono,
2010:82). Selain itu penelitian ini juga mewawancarai dua guru dari
masing-masing sekolah sampel terpilih, terutama guru biologi atau guru ilmu
pengetahuan alam. Jumlah keseluruhan guru yang diwawancarai sebanyak 22 orang.
3.3 Waktu dan Tempat
Penelitian ini
dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011 dan bertempat di sejumlah
SMA Negeri di Kota Jambi.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes untuk melihat pengetahuan siswa dan
angket untuk melihat persepsi siswa. Sedangkan untuk mendapatkan data tentang
pendidikan lingkungan yang diterapkan di sekolah, peneliti menggunakan teknik
wawancara dengan guru.
3.5
Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan melalui empat cara yaitu sebagai berikut:
Observasi, tes, penyebaran angket dan wawancara guru.
3.6
Analisis
Data
Data diperoleh
dilakuakan penskoran dan penilaian untuk melihat pengetahuan dan persepsi siswa
terhadap Orang Utan. Langkah selanjutnya data akan dianalisis secara deskriptif
yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
(Sugiyono, 2010:147). Analisis dilanjutkan dengan menghitung persamaan
regresinya. Menurut Sugiyono, 2010:188) persamaan regresi digunakan untuk
melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel
independen dimanipulasi (diubah-rubah).
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengetahuan siswa tentang
Orang Utan (Pongo pygmaeus)
Pengetahuan siswa SMAN di
Kota Jambi tentang Orang Utan dikelompokkan dalam 5 kelompok. Kelompok pertama sebanyak 8 orang siswa (2,4%)
termasuk ke dalam kategori siswa dengan pengetahuan yang sangat baik tentang
Orang Utan. Kelompok kedua sebanyak 75 orang siswa (22,7%) memiliki pengetahuan
yang baik tentang Orang Utan. Kelompok ketiga sebanyak 111 orang siswa (33,5%)
memiliki pengetahuan yang cukup tentang Orang Utan. Selebihnya, yaitu sebanyak
73 orang siswa (22,1%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang Orang Utan dan sisanya
sebanyak 64 orang siswa (19,3%) tergolong dalam kategori gagal.
Berdasarkan hasil
pengelompokkan diketahuai bahwa secara umum pengetahuan siswa SMAN di Kota
Jambi tentang Orang Utan termasuk dalam kategori cukup. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa siswa SMAN di Kota Jambi pada umumnya sudah mengetahui
tentang Orang Utan, baik dari aspek ciri-ciri, klasifikasi, lokasi dan habitat,
makanan, predator, perilaku, populasi, maupun ancaman bagi Orang Utan.
Hampir 100% siswa SMAN di
Kota Jambi bermukim di daerah perkotaan
sehingga sangat mudah untuk mendapatkan informasi, baik melalui media cetak
seperti koran, majalah dan lain-lain, maupun media elektronik seperti televisi
dan internet. Selain itu, semua SMAN di Kota Jambi sudah memiliki jaringan
internet sekolah tersendiri sehingga siswa bisa mengakses internet di sekolah
tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan. Keterpaparan informasi inilah yang diperkirakan
membuat siswa SMAN Kota Jambi memiliki pengetahuan tentang Orang Utan yang
termasuk dalam kategori cukup. Salah satu faktor yang menentukan pengetahuan
seseorang tentang suatu objek adalah keterpaparan informasi Anonim (2010b:1).
Dari hasil tes
diperoleh pengetahuan siswa di Kota Jambi tentang Orang Utan cukup beragam. Hal
ini dapat dilihat dengan jelas dari perbedaan nilai rata-rata tingkat
pengetahuan siswa per-sekolah. Dari semua SMAN di Kota Jambi hanya siswa SMAN 1
yang memiliki pengetahuan yang baik tentang Orang Utan. Pada enam sekolah
lainnya pengetahuan siswanya tergolong dalam kategori cukup yaitu SMAN 2, SMAN
3, SMAN 4, SMAN 9, SMAN 10, dan SMAN 11. Sedangkan sisanya sebanyak empat
sekolah, pengetahuan siswanya termasuk dalam kategori kurang yaitu siswa SMAN
5, SMAN 6, SMAN 7 dan SMAN 8. Secara umum rata-rata pengetahuan siswa SMAN di
Kota Jambi tergolong ke dalam kategori cukup.
Skor rata-rata tes merupakan
jumlah rata-rata item soal yang dijawab benar oleh siswa per-sekolah. Sedangkan
nilai rata-rata tes merupakan hasil perhitungan dari skor rata-rata tes yang
menggunakan rumus penilaian. Kolom terakhir berisi tentang keterangan dari
nilai rata-rata tes yang berpedoman pada kriteria penilaian instrumen.
4.2 Persepsi siswa tentang
Orang Utan (Pongo pygmaeus)
Persepsi siswa SMAN di
Kota Jambi tentang Orang Utan dikelompokkan dalam 3 kelompok. Kelompok pertama
sebanyak 22 orang siswa (6,7%) memiliki persepsi yang sangat baik tentang Orang
Utan. Kelompok kedua sebanyak 203 orang siswa (61,3%) memiliki persepsi yang
baik tentang Orang Utan. Kelompok ketiga sebanyak 106 orang siswa (32,1%)
memiliki persepsi yang cukup tentang Orang Utan.
Berdasarkan hasil
pengelompokkan diketahuai bahwa siswa SMAN di Kota Jambi memiliki persepsi yang
baik mengenai Orang Utan. Tidak ada siswa yang memiliki persepsi yang termasuk
dalam kategori kurang atau gagal tentang Orang Utan. Melihat persepsi siswa
SMAN di Kota Jambi yang seperti ini berarti siswa-siswa tersebut sudah
mengetahui arti penting Orang Utan sebagai spesies yang berperan dalam
regenerasi hutan. Selain itu siswa juga mengetahui status konservasi dan
peranan pendidikan melalui ilmu pengetahuan lingkungan guna melestarikan satwa
langka termasuk di dalamnya Orang Utan.
Rahmawaty,
dkk., (2006:10) menyatakan bahwa pemahaman yang baik mengenai lingkungan serta
komponen-komponen penyusun dari lingkungan tersebut termasuk didalamnya satwa
langka seperti Orang Utan, membuat siswa berusaha menjaga kelestarian
lingkungan. Pengetahuan mengenai lingkungan ini berguna jika siswa-siswi
tersebut telah berbaur ke dalam lingkungan masyarakat sehingga diharapkan
mereka bisa membagikan pengetahuannya kepada masyarakat lain untuk menjaga
lingkungan. Selain itu, siswa juga tahu bahwa Orang Utan merupakan satwa langka
yang dilindungi oleh undang-undang dan memiliki arti penting bagi regenerasi
hutan.
Persepsi siswa di Kota
Jambi tentang Orang Utan dari hasil penyebaran angket diperoleh persepsi yang
hampir seragam, perbedaan persepsi siswa tidak terlalu tampak. Hasil pengamatan
persepsi siswa SMAN di Kota Jambi menunjukkan bahwa rata-rata persepsi siswa tergolong
ke dalam kategori baik.
4.3
Hubungan antara Pengetahuan dan Persepsi
Hasil analisis regresi yang menggunakan software SPSS menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan
siswa dengan persepsi siswa tentang Orang Utan. Hasil perhitungan menunjukkan
koefisien kolerasi sebesar 0,739 dan koefisien determinasinya sebesar 0,546,
maka konstribusi pengetahuan siswa terhadap persepsi siswa mengenai Orang Utan
sebesar 54,6%, selebihnya yaitu 45,4% dipengaruhi oleh faktor lain seperti
sikap, minat, perhatian, kesiapan, pengalaman, kebutuhan, kebudayaan, stimulus,
motivasi, harapan dan emosi Setiabudi (2010:1).
4.4
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Lingkungan di Sekolah
Hasil
wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Biologi di setiap SMAN di Kota
Jambi diketahui bahwa ada beberapa SMAN yang telah menerapkan ilmu pengetahuan
lingkungan sebagai mata pelajaran muatan lokal. Kurang lebih ada tiga SMAN yang
telah menerapkan ilmu pengetahuan lingkungan, yaitu SMAN 5, SMAN 9 dan SMAN 11.
Sedangkan di SMAN lain, selain ketiga SMAN tersebut belum ada mata pelajaran
ilmu pengetahuan lingkungan.
V. PENUTUP
5.1
Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1.
Siswa SMAN Se-Kota Jambi rata-rata
memiliki pengetahuan mengenai Orang Utan yang tergolong ke dalam kategori
cukup. Hal ini disebabkan siswa SMAN Se-Kota Jambi sudah memiliki jaringan
informasi yang baik mengenai isu-isu lingkungan dan komponen-komponen penyusun
dari lingkungan itu sendiri, termasuk pengetahuan akan satwa langka seperti
Orang Utan.
2.
Siswa SMAN Se-Kota Jambi rata-rata
memiliki persepsi mengenai Orang Utan yang tergolong ke dalam kategori baik. Tidak
ada siswa yang memiliki persepsi yang termasuk dalam kategori kurang atau gagal
tentang Orang Utan.
3.
Hasil analisis regresi menunjukkan
terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan siswa dengan persepsi siswa
tentang Orang Utan, dimana konstribusi pengetahuan siswa terhadap persepsi
siswa mengenai Orang Utan sebesar 54,6%.
4.
Hasil wawancara peneliti dengan guru
mata pelajaran Biologi di setiap SMAN di Kota Jambi diketahui bahwa ada tiga
SMAN yang telah menerapkan Ilmu Pengetahuan Lingkungan Hidup sebagai mata
pelajaran muatan lokal, yaitu SMAN 5, SMAN 9 dan SMAN 11. Sedangkan di SMAN
lain, selain ketiga SMAN tersebut belum ada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Lingkungan Hidup. Dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan lingkungan tersebut
belum ada materi mengenai konservasi Orang Utan.
5.2
Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dari
hasil penelitian, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1.
Untuk
meningkatkan pengetahuan siswa tentang pengelolaan lingkungan khususnya
konservasi Orang Utan, melalui jalur pendidikan formal perlu dilakukan
pengembangan materi muatan lokal tentang pengetahuan lingkungan yang di dalamnya
terdapat pengetahuan konservasi. Dengan demikian diharapkan siswa dapat
memperoleh bekal pengetahuan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah
dimana mereka berada. Hal ini tentu diserahkan kepada instansi terkait terutama
Depdiknas beserta jajarannya untuk menentukan kebijakan selanjutnya.
2.
Sekolah sebaiknya bekerja sama dengan
berbagai Instansi seperti Dinas Kehutanan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA),
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA), Taman Nasional Bukit
Tigapuluh (TNBT), Frankfurt Zoological
Society
(FZS),
Yayasan Indonesia Hijau, FLEGT (Forest
Law Enforcement, Governance and Trade) dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)
serta yang berkaitan dengan lingkungan dan perlindungan satwa langka di
Indonesia serta di negara-negara lain yang mempunyai areal hutan yang luas,
sehingga hutan yang ada di Indonesia tetap terjaga.
3.
Pihak sekolah agar menyediakan atau
menambah sarana untuk menunjang pembentukan persepsi siswa terhadap pelestarian
lingkungan dan kecintaan siswa terhadap komponen penyusun lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Affan. 2010. Diakses Pada Tanggal 13
November 2010. Peningkatan Kesadaran
Lingkungan. http://affan-enviro.com
Anonim, 2008. Diakses pada tanggal 11
Oktober 2011. Deskripsi Orang Utan. www.ALIVEFP3.org
---------. 2009. Diakses pada tanggal 29 Januari 2010.
Australia Danai Konservasi Orang Utan di Jambi. http://sains.kompas.com/
---------, 2010a. Diakses pada tanggal 3 Februari 2010.
Orangutan. www.theforestforever.com
---------, 2010b. Diakses
pada tanggal 13 November 2010. Definisi
Pengetahuan: http://id.wikipedia.org/wiki/
---------, 2010c. Diakses
pada tanggal 13 November 2010. Definisi
Persepsi: http://id.wikipedia.org/wiki/
Arikunto, S. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta
Barnhart, C . 1997. Dictionary. Scoot foresman and company. Chicago: Glenview illinois
Boyce, C dan Neale. 2006. Diakses pada
tanggal 25 Agustus 2010. Conducting
In-depth Interviews: A Guide for Designing and Conducting In-Depth Interviews
for Evaluation Input. http://www.pathfind.org/
Depdikbud.
2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
ke-4. Jakarta: Balai Pustaka
Goodall, Jane.,
Edward O Wilson., Djamaludin Suryohadikusumo., Suwana B Gauntlett., 2010.
Diakses pada tanggal 4 Juli 2010. Orangutan Conservancy. http://www.orangutan.com/
Notohadiprawiro, T. 2006. Diakses pada
tanggal 14 January 2010. Pendidikan Lingkungan. http://www.soil.faperta.ugm.ac
Nurdin, M. 2005. Persepsi dan Sikap Siswa SMUN 69 Pulau Pramuka terhadap
Pelestarian Pemanfaatan Ekosistem Sumberdaya Pesisir dan Laut. Falsafah Sains. PPS (703): 24
Rahmawaty., Khairida., dan Eva Siagian. 2006. Persepsi Masyarakat
Terhadap Upaya Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. USU Repository: 10
Setiabudi,
A. 2010. Di Akses Pada Tanggal 13 November 2010. Definisi Persepsi: http://id.shvoong.com
Subagyo, J. 2006. Metode
Penelitian Dalam Teori dan Praktek. PT Rineka Cipta: Jakarta
Sugiyono. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta: Bandung
Sukardi. 2005. Metodologi
Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. PT Bumi Aksara: Jakarta
Tamrin, A. 2008. Diakses pada tanggal 18 November 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Salah
Satu Mata Pelajaran di Sekolah. http://agtamrin.staff.-fkip.uns.ac.id
Undang-Undang No. 5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
Uno, H.B. 2007. Teori
Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang Pendidikan. PT Bumi Aksara:
Jakarta
1 komentar:
Maaf saya ingin menyakan dimana saya bisa mendaptakan buku/artikel "Nurdin, M. 2005. Persepsi dan Sikap Siswa SMUN 69 Pulau Pramuka terhadap Pelestarian Pemanfaatan Ekosistem Sumberdaya Pesisir dan Laut. Falsafah Sains. PPS (703): 24"
Terima kasih banyak sebelumnya..
Posting Komentar