Skripsi: PENGETAHUAN DAN PERSEPSI SISWA TENTANG ORANG UTAN (Pongo pygmaeus L.)

 PENGETAHUAN  DAN  PERSEPSI  SISWA  TENTANG
ORANG UTAN (Pongo pygmaeus L.) DI SMA NEGERI
SE-KOTA JAMBI


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Meningkatnya populasi manusia yang demikian cepat, juga diiringi dengan meningkatnya konsumsi yang akhirnya mempercepat konversi (perubahan) hutan, lahan-lahan semak belukar dan lahan-lahan basah untuk pengembangan pertanian dan permukiman. Akibat yang tak terhindarkan adalah punahnya sejumlah tumbuhan dan binatang liar yang hidup di habitat alami tersebut. Bila spesies yang punah tersebut tidak terdapat di lokasi lain, maka perubahan habitat yang terjadi merupakan malapetaka yang memusnahkan keberadaan spesies tersebut di muka bumi.
Di Indonesia memiliki beberapa spesies hewan yang terancam punah, salah satunya adalah Orang Utan. Orang Utan di Indonesia tersebar di dua pulau yaitu pulau Sumatera dan pulau Kalimantan. Kedua pulau tersebut merupakan  perlindungan terakhir Orang Utan. Ada dua spesies Orang Utan yang secara genetik berbeda di kedua pulau tersebut: Orang Utan Sumatera (Pongo pygmaeus abelii) dan Orang Utan Kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus). Dua spesies tersebut menunjukan ciri-ciri fisik yang sedikit berbeda. Orang Utan Sumatera memiliki rambut dan jenggot yang sedikit lebih panjang daripada Orang Utan Kalimantan. Ancaman utama bagi Orang Utan adalah perburuan dan hilangnya habitat yang menempatkan dua spesies dalam status terancam punah (Goodall, dkk., 2010:2).
Kepadatan Orang Utan Kalimantan lebih rendah dibandingkan dengan Orang Utan Sumatera hal ini dikarenakan produktifitas makanan di hutan Kalimantan lebih rendah dibandingkan di Sumatera. Selain itu, jumlah Orang Utan Kalimantan telah mengalami peningkatan hal ini dikarenakan adanya upaya konservasi yang dilakukan yang berlangung cukup lama dibandingkan di Sumatera. Populasi Orang Utan di Sumatera menurun setiap tahunnya (Sugardjito: 2010:5). Menurut IUCN, selama 75 tahun terakhir populasi Orang Utan Sumatera telah mengalami penurunan sebanyak 80% (Anonim, 2010a:1).
Dibandingkan dengan Orang Utan Kalimantan, Orang Utan Sumatera lebih rentan hidupnya. Hal ini disebabkan adanya perubahan fungsi hutan yang merupakan habitat asli Orang Utan di Sumatera menjadi lahan pertanian dan pemukiman. Sebagai contoh konversi hutan produksi eks Hak Pemanfaatan Hutan (HPH) PT Hatma Hutani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjadi hutan tanaman industri akasia dan eukaliptus. Padahal kawasan tersebut selama ini menjadi bagian lokasi pelepas-liaran (reintroduksi) Orang Utan di Propinsi Jambi. Konversi menjadi HTI seperti ini  dikhawatirkan makin mengancam keberadaan Orang Utan (Anonim, 2009:1).
Untuk mendukung pelestarian Orang Utan perlu adanya dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Salah satunya dapat diupayakan dari segi pendidikan di sekolah, seperti menanamkan pemahaman yang baik mengenai Orang Utan kepada anak-anak sejak dini dengan cara memasukkan pengetahuan lingkungan ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, materi mengenai konservasi, khususnya konservasi Orang Utan, menjadi salah satu bagian dari pendidikan pengetahuan lingkungan tersebut.
Menurut Affan (2010:1) tingkat kesadaran siswa yang berada di kota tentang lingkungan masih rendah hal ini disebabkan karena mereka berada di lingkungan yang tidak alami lagi. Begitu juga halnya dengan tingkat pengetahuan siswa tentang satwa liar termasuk di dalamnya Orang Utan. Mengingat anak-anak tersebut merupakan calon pemimpin masa depan yang akan mengembangkan kebijakan yang menentukan nasib Orang Utan, oleh karena itu penting untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat, terutama anak-anak sekolah tentang Orang Utan. Mengingat Propinsi Jambi merupakan salah satu wilayah yang menjadi habitat Orang Utan, oleh karena itu penting untuk melibatkan sekolah-sekolah yang ada di Jambi dalam upaya memberikan pemahaman yang baik mengenai Orang Utan. Dengan cara demikian diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan tindakan yang dapat membantu upaya pelestarian Orang Utan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul pengetahuan  dan  Persepsi  Siswa  tentang Orang Utan (Pongo pygmaeus l.) di SMA Negeri Se-Kota Jambi”. 

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Bagaimana pengetahuan siswa kelas XI SMA Negeri di Kota Jambi mengenai Orang Utan?
2.         Bagaimana persepsi siswa kelas XI SMA Negeri di Kota Jambi tentang keberadaan dan konservasi Orang Utan?
3.         Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan persepsi siswa tentang Orang Utan?
1.3 Tujuan Penelitian
             Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.         Untuk melihat pengetahuan siswa kelas XI SMA Negeri Kota Jambi mengenai Orang Utan.
2.         Untuk mengetahui persepsi siswa kelas XI SMA Negeri di Kota Jambi tentang keberadaan atau konservasi Orang Utan.
3.        Untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan persepsi siswa tentang Orang Utan?

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini adalah:
1.      Menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang biologi.
2.      Sebagai bahan masukan dalam mengembangkan program pendidikan konservasi di sekolah.
3.      Sebagai bahan masukan dalam mengembangkan kebijakan mengenai pendidikan konservasi di sekolah.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1.5.1 Ruang lingkup penelitian
          Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran, maka ruang lingkup dari penelitian ini sebagai berikut:
1.         Siswa-siswi yang akan diteliti adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri yang berada di bawah naungan Depdiknas yang terdapat di Kota Jambi.
2.         Jenis Orang Utan yang akan dianalisis adalah Orang Utan yang meliputi Orang Utan Sumatera (Pongo pygmaeus abelii) dan Orang Utan Kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus).
3.         Pengetahuan siswa diukur melalui pemberian tes.
4.         Persepsi siswa diukur berdasarkan tanggapan yang diberikan melalui penyebaran angket.
1.5.2 Keterbatasan penelitian
          Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini antara lain:         
1. Penelitian difokuskan pada pengumpulan data yang terkait dengan pengetahuan dan persepsi siswa mengenai Orang Utan.
2. Penelitian dilakukan dengan cara tes dan penyebaran angket kepada siswa serta peneliti melakukan wawancara guru dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

II. METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu peneliti berusaha memberikan gambaran informasi mengenai status suatu gejala yang ada menurut data kuantitatif yang diperoleh pada saat penelitian dilakukan (Sukardi, 2005:157). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri yang terdapat di Kota Jambi serta dua orang guru mata pelajaran biologi dan ilmu pengetahuan alam di masing-masing sekolah tersebut.

3.2  Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri yang berada di Kota Jambi. Penentuan jumlah sampel dilakukan berdasarkan pada pendapat Arikunto (2006:134) yaitu apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sebagai sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau tergantung ketersediaan waktu, tenaga dan dana. Mengingat jumlah siswa kelas XI SMA Negeri di Kota Jambi cukup banyak (3.285 siswa), maka sampel siswa pada penelitian ini diambil 331 Siswa (10%). Pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak (Sugiyono, 2010:82). Selain itu penelitian ini juga mewawancarai dua guru dari masing-masing sekolah sampel terpilih, terutama guru biologi atau guru ilmu pengetahuan alam. Jumlah keseluruhan guru yang diwawancarai sebanyak 22 orang.

3.3  Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011 dan bertempat di sejumlah SMA Negeri di Kota Jambi.

3.4  Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes untuk melihat pengetahuan siswa dan angket untuk melihat persepsi siswa. Sedangkan untuk mendapatkan data tentang pendidikan lingkungan yang diterapkan di sekolah, peneliti menggunakan teknik wawancara dengan guru.

3.5    Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui empat cara yaitu sebagai berikut: Observasi, tes, penyebaran angket dan wawancara guru.

3.6    Analisis Data
Data diperoleh dilakuakan penskoran dan penilaian untuk melihat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap Orang Utan. Langkah selanjutnya data akan dianalisis secara deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya (Sugiyono, 2010:147). Analisis dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya. Menurut Sugiyono, 2010:188) persamaan regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (diubah-rubah).

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengetahuan siswa tentang Orang Utan (Pongo pygmaeus)
Pengetahuan siswa SMAN di Kota Jambi tentang Orang Utan dikelompokkan dalam 5 kelompok.  Kelompok pertama sebanyak 8 orang siswa (2,4%) termasuk ke dalam kategori siswa dengan pengetahuan yang sangat baik tentang Orang Utan. Kelompok kedua sebanyak 75 orang siswa (22,7%) memiliki pengetahuan yang baik tentang Orang Utan. Kelompok ketiga sebanyak 111 orang siswa (33,5%) memiliki pengetahuan yang cukup tentang Orang Utan. Selebihnya, yaitu sebanyak 73 orang siswa (22,1%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang Orang Utan dan sisanya sebanyak 64 orang siswa (19,3%) tergolong dalam kategori gagal.
Berdasarkan hasil pengelompokkan diketahuai bahwa secara umum pengetahuan siswa SMAN di Kota Jambi tentang Orang Utan termasuk dalam kategori cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa SMAN di Kota Jambi pada umumnya sudah mengetahui tentang Orang Utan, baik dari aspek ciri-ciri, klasifikasi, lokasi dan habitat, makanan, predator, perilaku, populasi, maupun ancaman bagi Orang Utan.

Hampir 100% siswa SMAN di Kota Jambi  bermukim di daerah perkotaan sehingga sangat mudah untuk mendapatkan informasi, baik melalui media cetak seperti koran, majalah dan lain-lain, maupun media elektronik seperti televisi dan internet. Selain itu, semua SMAN di Kota Jambi sudah memiliki jaringan internet sekolah tersendiri sehingga siswa bisa mengakses internet di sekolah tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan. Keterpaparan informasi inilah yang diperkirakan membuat siswa SMAN Kota Jambi memiliki pengetahuan tentang Orang Utan yang termasuk dalam kategori cukup. Salah satu faktor yang menentukan pengetahuan seseorang tentang suatu objek adalah keterpaparan informasi Anonim (2010b:1).
Dari hasil tes diperoleh pengetahuan siswa di Kota Jambi tentang Orang Utan cukup beragam. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari perbedaan nilai rata-rata tingkat pengetahuan siswa per-sekolah. Dari semua SMAN di Kota Jambi hanya siswa SMAN 1 yang memiliki pengetahuan yang baik tentang Orang Utan. Pada enam sekolah lainnya pengetahuan siswanya tergolong dalam kategori cukup yaitu SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 9, SMAN 10, dan SMAN 11. Sedangkan sisanya sebanyak empat sekolah, pengetahuan siswanya termasuk dalam kategori kurang yaitu siswa SMAN 5, SMAN 6, SMAN 7 dan SMAN 8. Secara umum rata-rata pengetahuan siswa SMAN di Kota Jambi tergolong ke dalam kategori cukup.
Skor rata-rata tes merupakan jumlah rata-rata item soal yang dijawab benar oleh siswa per-sekolah. Sedangkan nilai rata-rata tes merupakan hasil perhitungan dari skor rata-rata tes yang menggunakan rumus penilaian. Kolom terakhir berisi tentang keterangan dari nilai rata-rata tes yang berpedoman pada kriteria penilaian instrumen.
4.2 Persepsi siswa tentang Orang Utan (Pongo pygmaeus)
Persepsi siswa SMAN di Kota Jambi tentang Orang Utan dikelompokkan dalam 3 kelompok. Kelompok pertama sebanyak 22 orang siswa (6,7%) memiliki persepsi yang sangat baik tentang Orang Utan. Kelompok kedua sebanyak 203 orang siswa (61,3%) memiliki persepsi yang baik tentang Orang Utan. Kelompok ketiga sebanyak 106 orang siswa (32,1%) memiliki persepsi yang cukup tentang Orang Utan.
Berdasarkan hasil pengelompokkan diketahuai bahwa siswa SMAN di Kota Jambi memiliki persepsi yang baik mengenai Orang Utan. Tidak ada siswa yang memiliki persepsi yang termasuk dalam kategori kurang atau gagal tentang Orang Utan. Melihat persepsi siswa SMAN di Kota Jambi yang seperti ini berarti siswa-siswa tersebut sudah mengetahui arti penting Orang Utan sebagai spesies yang berperan dalam regenerasi hutan. Selain itu siswa juga mengetahui status konservasi dan peranan pendidikan melalui ilmu pengetahuan lingkungan guna melestarikan satwa langka termasuk di dalamnya Orang Utan.
            Rahmawaty, dkk., (2006:10) menyatakan bahwa pemahaman yang baik mengenai lingkungan serta komponen-komponen penyusun dari lingkungan tersebut termasuk didalamnya satwa langka seperti Orang Utan, membuat siswa berusaha menjaga kelestarian lingkungan. Pengetahuan mengenai lingkungan ini berguna jika siswa-siswi tersebut telah berbaur ke dalam lingkungan masyarakat sehingga diharapkan mereka bisa membagikan pengetahuannya kepada masyarakat lain untuk menjaga lingkungan. Selain itu, siswa juga tahu bahwa Orang Utan merupakan satwa langka yang dilindungi oleh undang-undang dan memiliki arti penting bagi regenerasi hutan.
Persepsi siswa di Kota Jambi tentang Orang Utan dari hasil penyebaran angket diperoleh persepsi yang hampir seragam, perbedaan persepsi siswa tidak terlalu tampak. Hasil pengamatan persepsi siswa SMAN di Kota Jambi menunjukkan bahwa rata-rata persepsi siswa tergolong ke dalam kategori baik.

4.3 Hubungan antara Pengetahuan dan Persepsi
Hasil analisis regresi yang menggunakan software SPSS menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan siswa dengan persepsi siswa tentang Orang Utan. Hasil perhitungan menunjukkan koefisien kolerasi sebesar 0,739 dan koefisien determinasinya sebesar 0,546, maka konstribusi pengetahuan siswa terhadap persepsi siswa mengenai Orang Utan sebesar 54,6%, selebihnya yaitu 45,4% dipengaruhi oleh faktor lain seperti sikap, minat, perhatian, kesiapan, pengalaman, kebutuhan, kebudayaan, stimulus, motivasi, harapan dan emosi Setiabudi (2010:1).

4.4 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Lingkungan di Sekolah
            Hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Biologi di setiap SMAN di Kota Jambi diketahui bahwa ada beberapa SMAN yang telah menerapkan ilmu pengetahuan lingkungan sebagai mata pelajaran muatan lokal. Kurang lebih ada tiga SMAN yang telah menerapkan ilmu pengetahuan lingkungan, yaitu SMAN 5, SMAN 9 dan SMAN 11. Sedangkan di SMAN lain, selain ketiga SMAN tersebut belum ada mata pelajaran ilmu pengetahuan lingkungan.




V. PENUTUP

5.1 Simpulan
    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1.        Siswa SMAN Se-Kota Jambi rata-rata memiliki pengetahuan mengenai Orang Utan yang tergolong ke dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan siswa SMAN Se-Kota Jambi sudah memiliki jaringan informasi yang baik mengenai isu-isu lingkungan dan komponen-komponen penyusun dari lingkungan itu sendiri, termasuk pengetahuan akan satwa langka seperti Orang Utan.
2.        Siswa SMAN Se-Kota Jambi rata-rata memiliki persepsi mengenai Orang Utan yang tergolong ke dalam kategori baik. Tidak ada siswa yang memiliki persepsi yang termasuk dalam kategori kurang atau gagal tentang Orang Utan.
3.        Hasil analisis regresi menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan siswa dengan persepsi siswa tentang Orang Utan, dimana konstribusi pengetahuan siswa terhadap persepsi siswa mengenai Orang Utan sebesar 54,6%.
4.        Hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Biologi di setiap SMAN di Kota Jambi diketahui bahwa ada tiga SMAN yang telah menerapkan Ilmu Pengetahuan Lingkungan Hidup sebagai mata pelajaran muatan lokal, yaitu SMAN 5, SMAN 9 dan SMAN 11. Sedangkan di SMAN lain, selain ketiga SMAN tersebut belum ada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Lingkungan Hidup. Dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan lingkungan tersebut belum ada materi mengenai konservasi Orang Utan.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1.      Untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pengelolaan lingkungan khususnya konservasi Orang Utan, melalui jalur pendidikan formal perlu dilakukan pengembangan materi muatan lokal tentang pengetahuan lingkungan yang di dalamnya terdapat pengetahuan konservasi. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memperoleh bekal pengetahuan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah dimana mereka berada. Hal ini tentu diserahkan kepada instansi terkait terutama Depdiknas beserta jajarannya untuk menentukan kebijakan selanjutnya.
2.      Sekolah sebaiknya bekerja sama dengan berbagai Instansi seperti Dinas Kehutanan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA), Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), Frankfurt Zoological Society (FZS), Yayasan Indonesia Hijau, FLEGT (Forest Law Enforcement, Governance and Trade) dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) serta yang berkaitan dengan lingkungan dan perlindungan satwa langka di Indonesia serta di negara-negara lain yang mempunyai areal hutan yang luas, sehingga hutan yang ada di Indonesia tetap terjaga.
3.      Pihak sekolah agar menyediakan atau menambah sarana untuk menunjang pembentukan persepsi siswa terhadap pelestarian lingkungan dan kecintaan siswa terhadap komponen penyusun lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA

Affan. 2010. Diakses Pada Tanggal 13 November 2010. Peningkatan Kesadaran Lingkungan. http://affan-enviro.com

Anonim, 2008. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011. Deskripsi Orang Utan. www.ALIVEFP3.org

---------. 2009. Diakses pada tanggal 29 Januari 2010. Australia Danai Konservasi Orang Utan di Jambi. http://sains.kompas.com/

---------, 2010a. Diakses pada tanggal 3 Februari 2010. Orangutan. www.theforestforever.com

---------, 2010b. Diakses pada tanggal 13 November 2010. Definisi Pengetahuan: http://id.wikipedia.org/wiki/

---------, 2010c. Diakses pada tanggal 13 November 2010. Definisi Persepsi: http://id.wikipedia.org/wiki/

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta

Barnhart, C . 1997. Dictionary. Scoot foresman and company. Chicago: Glenview illinois

Boyce, C dan Neale. 2006. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2010. Conducting In-depth Interviews: A Guide for Designing and Conducting In-Depth Interviews for Evaluation Input. http://www.pathfind.org/

Depdikbud. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-4. Jakarta: Balai Pustaka

Goodall, Jane., Edward O Wilson., Djamaludin Suryohadikusumo., Suwana B Gauntlett., 2010. Diakses pada tanggal 4 Juli 2010. Orangutan Conservancy. http://www.orangutan.com/

Notohadiprawiro, T. 2006. Diakses pada tanggal 14 January 2010.  Pendidikan Lingkungan. http://www.soil.faperta.ugm.ac
Nurdin, M. 2005. Persepsi dan Sikap Siswa SMUN 69 Pulau Pramuka terhadap Pelestarian Pemanfaatan Ekosistem Sumberdaya Pesisir dan Laut. Falsafah Sains. PPS (703): 24

Rahmawaty., Khairida., dan Eva Siagian. 2006. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. USU Repository: 10

Setiabudi, A. 2010. Di Akses Pada Tanggal 13 November 2010. Definisi Persepsi: http://id.shvoong.com

Subagyo, J. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. PT Rineka Cipta: Jakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung

Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. PT Bumi Aksara: Jakarta

Tamrin, A. 2008. Diakses pada tanggal 18 November 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Salah Satu Mata Pelajaran di Sekolah. http://agtamrin.staff.-fkip.uns.ac.id

Undang-Undang No. 5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Uno, H.B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang Pendidikan. PT Bumi Aksara: Jakarta

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Maaf saya ingin menyakan dimana saya bisa mendaptakan buku/artikel "Nurdin, M. 2005. Persepsi dan Sikap Siswa SMUN 69 Pulau Pramuka terhadap Pelestarian Pemanfaatan Ekosistem Sumberdaya Pesisir dan Laut. Falsafah Sains. PPS (703): 24"

Terima kasih banyak sebelumnya..