Populasi Hewan Dekomposer


1. DASAR TEORI

Sebagian besar materi mati di dalam ekosistem (khususnya daun yang telah gugur dan kayu mati) dimakan oleh detritus feeder. Organisme yang memperoleh nutrisi dengan jalan memecahkan molekul organik kompleks menjadi molekul organik sederhana dari tumbuhan atau hewan yang telah mati atau kotoran yang dihasilkan organisme hidup disebut sebagai organisme dekomposer.
Dekomposisi pada kondisi lapang merupakan proses yang sangat kompleks. Proses dekomposisi ini dikendalikan tiga faktor utama yaitu sifat bahan organik atau kualitas bahan baku, kondisi fisik dan kimia lingkungan seperti temperatur, kelembahan, pH, unsur mineral dan potensi redoks, serta komposisi organisme tanah.
Dekomposisi (penguraian) oleh dekomposer di dalam ekosistem merupakan hasil kerjasama antara kelompok mikroflora dan invertebrata. Tanpa kehadiran invertebrata mikroflora dalam proses dekomposisi sangat lambat (Brayer et al., 1976). Invertebrata telah diketahui menstimulasi pertumbuhan mikrobia melalui fragmentasi substrat, merubah sifat fisik dan kimia substrat serta melalui grazing (memakan mikrobia). Dengan kata lain proses dekomposisi secara tidak langsung dapat dicerminkan oleh komposisi, dinamika populasi dan
aktivitas lain invertebrata.
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan organik.
3. BAHAN DAN ALAT
a. Komunitas tumbuhan pohon alami, kaya akan jenis tumbuhan bawah
b. Formalin 40%
c. Embrat
d. Pinset
e. Air pelarut
f. Botol pengumpul material
g. Alat tulis dan tabel catatan lapangan
4. PROSEDUR KERJA
a. Bersihkan serasah penutup tanah dari ekosistem komunitas yang akan diamati
b. Batasi petak kuadrat tersebut setiap satuan satu meter persegi, buat
c. Sediakan larutan formalin 40 % sebanyak 25 cc dalam 4,5 liter air atau larutan kalium
permanganat 0,5 % dalam air
d. Semprotkan dengan embrat pada petak kuadrat hingga keadaan jenuh (petak kuadrat
berukuran 1 m x 1 m)
e. Tunggu selama 15‐20 menit, dan kumpulkan jenis‐jenis cacing tanah yang muncul kepermukaan. Cara pengambilan harus hati‐hati, gunakan pinset, tetapi cacing tidak boleh putus, bantu dengan lidi untuk mengangkat cacing dari lubang.
f. Simpan material ini ke dalam laruatan formalin 40%.
g. Di dalam laboraturium, material yang dikumpulkan dari lapang selanjutnya dibilas dengan air lalu dikeringkan di atas kertas dan akhirnya ditimbang.
h. Identifikasi tiap jenis dan susun dalam tabulasi. Buat kolom nama jenis, unit cuplikan dan ulangannya. Pada tiap jenis dalam masing‐masing unit cuplikan sebutkan jumlah individu yang diperoleh. Jumlahkan kearah horizontal dan vertikal. Jumlah arah vertikal hanya melihat jumlah individu dalam setiap cuplikan sementara jumlah arah horizontal hanya melihat besar masing‐masing jenis tanpa memperhatikan banyak individu dalam setiap cuplikan.
i. Dugalah besarnya polupasi (N) dengan rumus:
X – S2
p =
X
X
N = , atau
P
X2
N = dimana,
X – S2
X = Rata‐rata pengamatan yang terhitung
S2 = Ragam contoh yang tercuplik dalam pengamatan
N = Dugaan besar populasi total
j. Ekstrapolasikan jumlah tersebut untuk luasan yang diduduki oleh populasi yang diduga
berdasarkan homogenitas lahan yang saudara hadapi.
Tabel 4. Lembar data pengamatan populasi dekomposer
JENIS UNIT CUPLIKAN/ULANGAN
Σ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Σ

1 komentar:

Pupuk Pembesar Umbi Wortel mengatakan...

nice, thanks for sharing